Sabtu, 07 Juni 2008

SINETRON INDONESIA, BAGUS GAK YA!

Hai, hai, hai!!! Ketemu lagi ne ma kita-kita Go.Blog-erz… Setelah melalui berbagai macam sesi SieDis (G,Y, & R doang… Buset dah, tambah kurus ni ikutan Betram! Upppzzz… ternyata Du juga ada maen SieDis-SieDis-an loh! Kan ikut LDKPU Paspara!)

Kini saatnya kita pusing-pusing karena test akhir semester dah di depan idung!!! (>o<) *teriak: WUUUAAAAA!!!!!!!!!!*

(om, tante… ampun… kami sudah menderita… ampun om, tante…)

Walopun sibuk belajar (halah, bo’ong bgd) kita masih tetep nonton kotak ajaib berisi gambar dan keluar suaranya (ah, berputar-putar ni…) bernama PESAWAT TELE…………PON! Ech, bukan! TELEVISI!!

Meski kita Go.Blog-erz, kita tetep terbukti pinter loh… Coz nonton TV tuch harus selektif… Disesuaikan sama tontonan zaman sekarang yang uamit-uamit buanged! Hyuckz…

Contohnya ne yang amit-amit, antara lain:

1. Adanya stasiun TV (banyak, malah) yang nayangin sinetroooooonnnn terus, dari pagi (ato siang) sampe malem. Walo ga nonstop sih… Kan masih ada iklan-iklannya… :p

2. Cerita-cerita yang ditayangin di TV kebanyakan punya alur yang hampir sama. Rata-rata, mengacu pada “kisah Cinderella”. Klise banget, biasanya ada cewe miskin, ketemu cowo kaya raya, trus saling jatuh cinta. Eh, keluarga si cowo ga ngizinin, trus karena sebab dan cerita yang dibuat-buat melalui para tokoh antagonis, si cewe selalu menderita. Udah. Gitu doang.

Wah… wah… insan pertelevisian sedang kehilangan inspirasi, rupanya…

Kan kita udah bisa nebak ceritanya, anak miskin kenalan ma orang kaya, trus ketabrak mobil, and biaya rumah sakit ditanggung ma tuh orang kaya, trus akhirnya nikah, anak miskin jadi kaya. HAPPY END. TAMAT. Ya kalo gitu aku bisa bikin film banyak donk!”—P, Sie Humas.

“Untuk majuin perfilman dan persinetronan Indonesia, menurutku harus ada sineas-sineas muda yang berani bikin gebrakan dengan tema baru yang ga melulu bertumpu ama ‘cerita cinderella’!”—A, Sie Doa

3. Coba deh, kita lihat acara-acara (terutama sinetron) di sekitar tahun 2005-2006. Buanyaaaaakkkk… banged sinetron-sinetron yang majang nama tokoh utamanya sebagai judul. Bahkan sampe ke tampilan font judulnya pun sama. Bisa ditebak, semua sinetron itu diproduksi oleh PH yang sama. Ceritanya sebenarnya juga punya inti yang sama, itu kalo kita cermat ngeliatnya.

Sinetron-sinetron tersebut tayang secara stripping, setiap hari di waktu/jam prime time (sekitar jam 19.00-22.00). Sekarang, yang lagi ngetrend adalah sinetron yang… gimana yah? Lebih variatif sih, Tapi masih aja punya inti cerita yang sama dan teuteup, tayang secara stripping.

4. Beberapa stasiun TV yang ngakunya berasaskan pendidikan malah menayangkan hal yang sangat bertolak belakang dengan pendidikan. Mereka dengan santainya menayangkan acara-acara jiplakan dari luar negeri, such as film India yang diganti pake lagu dangdut (ih, najong. Hiburan favoritnya ibu-ibu pengangguran, tuh!), tayangan hiburan buat anak-anak tapi berbau mistik yang ga mungkin banged (baca:MOKAL), tayangan hiburan berwujud seperti kompetisi atau konser musik yang sebenernya bagus, tapi celetukan-celetukan dan gaya bercanda MC-nya yang ga sopan dang a cucok banget sama asas mereka, yaitu PENDIDIKAN.

“Masa’ sih, sutradaranya pun pada bilang ‘menurut saya, tidak apa-apa kita meniru dan mengambil ide cerita dari luar negeri atau film lama. Yang penting kan nanti jalan ceritanya lama-lama berubah’ Ya Oloh… yang namanya plagiat, tetep plagiat! Malu donk!”—Y, Sie Inpo

Pertanyaan kita: APA YANG BISA KITA LAKUKAN UNTUK MEMBANGKITKAN DUNIA ENTERTAINMENT INDONESIA?

Next posting: Perfilman Indonesia

Tidak ada komentar: